Sabtu, 04 September 2010

KOMPI W DALAM SEJARAH YON II/UNPAD (BAGIAN 2 - TAMAT)

DUA JAM SETELAH PELANTIKAN (1)

Pelantikan Kie W oleh Kasmenwa, Pak Indra Bangsawan (IKIP) berlangsung di hari Jum'at (6/2/94). Selepas salat Jum'at, atau dua jam setelah pelantikan berakhir, saya kembali ke Mako. SAYA termasuk siswa yang paling akhir pulang. Bukan kenapa, karena dalam acara pelantikan, ortuku tidak hadir. Siswa lain lebih dulu telah pulang dengan seribu "kenangan diksar" bersama ortu atau walinya. Dibawa oleh Pak Nurbiyantoni, saya sempat menyambangi Olive di RS Boromeos, rekan sekompi yang "terkapar" saat insiden tidak terduga. Dadan Wahyudin, mengisahkan.

Ya, Paulus Olive Tumbur Simanungkalit, punya catatan sendiri di mataku. Ia mengalami "penderitaan" lebih hebat daripadaku. Andai saja, ia berkesempatan menuangkan auto-biografinya tentang hal ini, pasti eksplorasinya akan lebih tajam dan memiliki penghayatan lebih dalam. Bukan tidak mungkin, nestapa dan kegetiran dialaminya, pembaca bakal dibuat trenyuh bahkan meneteskan air mata.

Bila aku masuk menwa, semua keluargaku tahu dan merestui. Tapi tidak bagi Pa Olive, ia masuk Menwa secara tak sengaja, tanpa bekal, tanpa seragam dan tanpa persiapan apapun. Saat aku mengeluh cuma bawa seragam sepasang untuk satu bulan (Baca tulisan saya sebelumnya: Kenangan Diksar Kie W: KIsah Satu Stel Seragam), Pa Olive justru tanpa seragam pun, ia hanya bermodal "belas kasih" kawan-kawan sekompiku. Berani ataua nekadkah? Ia mo menyongsong satu bulan ke depan tanpa persiapan sedikitpun.

Pak Olive lahir dan besar di Liwa, kabupaten Lampung Barat di Pegunungan Bukit Barisan Selatan, sebuah perbatasan Lampung - Bengkulu. Harusnya Pak Olive dapat mengikuti pembinaan sebagai anggota Kompi muda di saat itu. Tetapi saat itu Kota Liwa, tengah diguncang gempa hebat memporakporandakan daerahnya. Patahan Semangko menggeliat. Membuat konsentrasi Pak Olive harus bercabang. Ketidakhadiran Pak Olive dalam sesi pembinaan dan kegiatan Kompi muda, membuatnya absen dalam beberapa even seperti HUT Yon II XXX juga Suspelat/Dinasstaf, sehingga tak banyak dokumentasi yang saya tampilkan dalam bentuk foto.

Saya termasuk rekan getol menyambangi kos Pak Olive di Vila Ganesha (sekarang samping kanan Jatinangor Town Square). Maksudku, merayu agar ia mau aktif. Bukan apa-apa bila yang aktif banyak, kegiatan rutin dipikul jadi ringan. Dan sayang, hasil diksar, semestinya tinggal mengeyam rasa manisnya, ada rekan ketinggalan.

Bukan apa, Pa Olive dimataku adalah potensi. Ia masuk menwa dalam usia amat muda (baca: tingkat 1). Berbeda denganku, Makbul, Mustopa atau Nono Carsono sudah tingkat III, suatu usia senja, yang tak banyak diharapkan dalam proses regenerasi. Perlahan tapi pasti Pak Olive merapat ke Mako, bahkan sempat menjadi penghuni Kima Mako. Banyak kenangan disulam selama ia di Mako, hanya keterbatasan informasi, saya tidak bisa mengulas lebih banyak.

Yang pasti, Pak Olive ditempa jauh lebih keras daripadaku. Ternyata, kariernya lebih melejit dariku yang mendekati usia senja, karena dihadapkan pada tugas-tugas akhir seperti PKL, penelitian dan skripsi. Pak Olive secara gemilang pernah menginjakkan kakiknya ke Bumi Lorosae, Timor Timur. Meski diterjang ganasnya malaria, Pak Olive sukses Operasi Seroja. Sebuah kebanggaan bukan saja bagi kalangan sipil menwa, tapi bagi militer seperti ABRI (bca: TNI) mendapat kehormatan bertugas di provinsi "matahari terbit" ini. Reputasi Pak Olive pun mencapai jabatan Wadanyon II, sebuah jabatan prestisius alias nomor dua di Batalyon.

Segala tempaan dialami Pak Olive lebih ekstrim. Dalam keheningan malam berbalut kepekatan saat piket di Mako, saat bersamanya, saya bergumam lirih, semoga tempaan membuat hidup Pak Olive ke depan lebih indah. (bersambung/**)



MENGISI TINTA SEJARAH DI BULAN PERTAMA (2)


Kami hanya diberi waktu istirahat sekitar 3 hari. Tugas-tugas menanti kami, sebagai anggota muda. Masih di bulan pertama, kegiatan Batalyon cukup padat. Ini berkaitan terjadinya prosesi alih tongkat kepemimpinan Danyon. Dadan Wahyudin mengisahkannya.

Saat itu sudah memasuki bulan suci Ramadhan. Anggota muda mendapat tugas pertama kalinya menjadi Panitia Buka Bersama bersama Alumni di Mako Yon II. Saat itu dipilih sebagai Ketua adalah Benny Fatahillah, mahasiswa PAAP Angkatan 1994, usia belia karena masih tingkat I. Saya, Makbul, Benny, Wirza, duo putri Dewi-Maria, Mustopa, dan Haryo Sapto adalah anggota muda yang sudah kembali. Dengan meminjam peralatan dari Aspi Rengganis, acara buka bersama pun meriah.

Kegiatan selanjutnya, terlibat dalam prosesi pemilihan Danyon II. Ada 3 calon saat itu, Pak Rexy Alfian (Kie T), Pak Alzamri Mawardi (Kie U) dan Pak Iman Soleh (kie T). Pak Iman Soleh terpilih, dan tak berapa lama, Pak Iman Soleh dilantik menjadi Danyon II 1994/1995 menggantikan Mas Har. Acara pelatikan dilakukan Kasmatrik, Pak Syarief Barmawi di samping Rektorat. Sebagai anggota muda, anggota Kie W sudah ditugaskan dalam melakukan pengawalan calon Danyon, piket Posko dan sebagainya.

Danyon II baru dibantu oleh Wadanyon, Pak Sugiyo, veteran Timtim yang baru merapat sebulan yang lalu. Berikut jabatan Kasi dipegang oleh Kasi I/Pak Ristadi WK Kasi II: Pak Alzamri Mawardi Kasi III: Pak Merjames Pakpahan Kasi IV: Bu K.Lorika/Bu Ratih Kasi V: Bu Ambawati Retnodewi Datsarsar : Pak Aos Rifatullah, Dankigab:Pak Nurbiyantoni Danpolman : Pak Marwoto dan Dankima : Pak Teguh Ipin.

Kiee W dilibatkan dalam rapat kerja. Dalam raker tsb disepakati hajat besar, yakni menyambut mega-perayaan 30 Tahun Yon II. Kegiatan itu terdiri dari: Temu Alumni dan Renungan Malam di PSBJ FASA Jatinangor, Kunjungan ke Jenderal Besar AH Nasution ke Menteng Jakarta, Melakukan Bakti Sosial di Cileles, sebuah desa di sebelah Utara Kampus Jatinangor, dan Apel Besar dan Gelar Pasukan di lapangan sepakbola diikuti demonstari Terjun Payung melibatkan Paskhas dan Aves dimana sang legenda, Pak Trisno W, pendiri Aves turut terjun dalam kesempatan ini. Kegiatan di Kampus Jatinangor ini memiliki makna strategis sebagai kampus masa depan di mana Mako Yon II kemungkinan bakal direlokasi ke sini juga membuktikan bahwa wilayah Unpad Jatinangor masih wilayah demarkasi Yon II.

Oh, ya. Anggota muda mendapat pembekalan setiap hari Minggu. Beberapa Kasi memberikan pembekalannya. Dan setiap tanggal 11, selalu diadakan apel Batalyon dilanjutkan Rapat Koordinasi di Ruang Operasi.

Satu kegiatan terlewatkan, pasca lebaran (satu bulan setelah dilantik), Pak Wirza Eka, menjadi Koordinator Silaturahim Alumni di Wisma Pupuk Kujang, Cikampek karena punya akses dengan Dirut PT Pupuk Kujang, tak lain pamannya sendiri. Sebagai Koordinator, Eka dengan Wadanyon, Pak Sugiyo rela menembus belantara Bandung-Purwakarta dengan menggunakan sepeda motor untuk bertemu Pak Bram Sintanala, Erwin Lubis dan Sundawan guna memastikan lokasi Pertemuan Alumni. Pertemuannya selanjutnya, saya turut serta, kami bertemu alumni Pak Nugraha Besus, Pak Omay, Pak Yusuf Ma'mun, dsb di Kantor Pupuk Kujang dalam mempersiapkan acara sematang mungkin. Kami sempat disindir Pak Besus, karena rapat tidak bawa kertas dan pulpen, kecuali Komandan dan Wadanyon. Tanggal disepakati beberapa kali bolay, karena ada rencana renovasi gedung, hingga diadakan seminggu gedung mo dicet, Minggu, 5 Mei 1994.

Sayangnya, Kompi kami belum utuh. Tapi di even-even besar, 90% rekan-rekan bisa menyempatkan hadir. (bersambung/**)


HADIRNYA ADIK BARU (3)

KOMPI W bulan Juli 1994, memiliki adik baru. Atau lebih dikenal Kie W Baru. Siapa saja Kie W baru, Dadan Wahyudin mengisahkannya


Bila Kie W lama berjumlah 13 orang, adik kami cuma 4 orang. Itupun, terdapat siswa sudah memasuki usia senja, Asep Saepul Hayat (FASA, seangkatanku, kawan sekuliah Pak Aos Rifatullah (Kie U) dan Pak Mustopa (Kie W lama). Sisanya, Dwi Agustian (FKU), Tony Gustiawan (FKG) dan Iyan Sopyan (PAA). Kie W baru lahir dibidani Danlat, Pak Alzamri Mawardi (Kasiops Yon II).

Ternyata kehadiran adik baru, tidak serta merta bertambah jumlah anggota secara de fakto. Karena, ada beberapa anggota yang menghilang. Sebut saja, Benny dan Andy, setelah mengikuti kegiatan pertama tidak kembali. Ada pula yang merapat, seperti Pak Dayan Ruhimat dan Pak Olive. Ini hal lumrah berkaitan dengan seleksi. Ada yang datang dan pergi, adalah hukum hakiki berlaku di dunia fana ini.

Uniknya, kisah Andy jadi lucu juga. Andy terjaring secara tidak sengaja daptar UMPTN lagi, dan kami adalah Panitianya. Batin kami bergumam, Apa yang kaucari Andy? Andy adalah mahasiswa Bahasa Inggris FASA Unpad 1994. Keberadaan Andy semakin kabur saja, akhirnya sulit dilacak, apalagi daerah asalnya, Timor Timur terlepas dari pangkuan republik di tahun 1998..... Tentang Andy kusimpan dalam album kenangan. Andy telah menunjukkan bahwa ia hebat bergerilya. Ia licin dalam ngerembes saat di Dodik, tak heran ia rela bertaruh dengan uang Rp. 500 sekedar belanja permen...Weleh-weleh..

Kedatangan Kie W baru disambut hangat sang kakak dan akhirnya terintegrasi menjadi Kie W. Kerja bareng itu melahirkan sukses luar biasa dalam hajat Perayaan HUT XXX/1994 Yon II berkolaborasi dengan staf dibawah Koordinasi Wadanyon langsung.

Banyak kegiatan yang pernah saya jalani langsung sebagai bagian anggota Kie W. Seperti ikut menjadi staf Kolat, menghadiri undangan rekan sejawat seperti Kodam, Kopasuss, atau rekan satuan Batalyon Menwa lain. Di lembaga Universitas, hadir dalam perayaan hari besar nasional, undangan Senat Mahasiswa, ikut prosesi pemakaman jenazah dosen, PAM UMPTN, dan lain-lain.

Even kegiatan lain melibatkan instansi lain yang pernah saya ikuti, yakni Napak Tilas Tingkat Nasional Rute Gerilya Tentara Pelajar di Univ Jenderal Sudirman, Purwokerto. Bersama mahasiswa lain, mewakili Yon II, mengikuti kegiatan ABRI Masuk Desa di Cibenda, Gununghalu; Sejumlah PAM Konser Musik; Memberi Pelatihan Menwa lain, dsb.

Di intern Yon II, Kompi W berkolaborasi dengan Kompi V melakukan penjelajahan dan Navigasi di seputar Gunung Putri Lembang. Diakhiri perebutan bendera Kompi V di Mako Yon II. Kegiatan penjelajahan ini dilakukan selama 3 hari menyusuri kawasan Bandung Utara.

Kegiatan demi kegiatan kami ikuti. Semua bermanfaat, dapat menambah pengetahuan dan kecakapan. Kami mendapat bekal, karena sebentar lagi akan melepas atribut "kompi muda". Kami akan menduduki jabatan di struktur Komando. Tentu perlu bekal memadai, agar disegani kawan, dan diperhitungkan oleh rekan mahasiswa lain. (bersambung**)

PERJUANGAN MEREBUT BENDERA KOMPI KAMI (4)

Untuk memperoleh kualifikasi dan kecakapan, diperlukan kursus kemahiran. Beberapa anggota Kie W terlibat dalam kursus diadakan intern maupun ekstern. Momentum perjuangan merebut bendera Kompi W sungguh heroik. Dadan Wahyudin mengisahkan


Untuk menduduki anggota staf, anggota muda harus mengikuti kursus dinasstaf dan suspelat. Kami mengikuti kursus Dinasstaf dilanjutkan Gladi Posko menggunakan lokasi di Mako dan ruang kuliah di FE Unpad. Di sini, peserta kursus mendapat pembekalan dari sejumlah pemateri dari Kodiklat sebagai gumil dengan pangkat perwira. Di akhir kegiatan, dilakukan gladi posko, di mana peserta diasumsikan sebagai suatu batalyon di mana ada bertindak sebagai Danyon hingga stafnya. Peserta diberi waktu asumsi untuk mengelola kegiatan. Di sini, kami mendapat pengalaman berharga mengelola batalyon hingga diksar. Segala rintangan dan hambatan yang ditemui, harus diselesaikan secara kompak oleh "para staf pelajar" ini.

Selanjutnya, dilanjutkan kursus Suspelat mengambil daerah persiapan awal di Cukanghaur, Soreang. Di sini, calon pelatih dilatih untuk latihan mountaineering, menggunakan bekas rel jaman Hindia-Belanda. Kecakapan memasang anchor, carabiner, tali tubuh, belay, dan sebagainya benar-benar diuji.

Seorang pelatih nanti tidak boleh ragu, bicara harus tegas dan jelas. Tentu punya wibawa. Seorang pelatih harus menjadi sosok sempurna di mata siswa. Pengetahuan kepelatihan ini digembleng pada kami.

Sehabis Asar, kami longmarch menuju Rancaupas, Ciwidey. Berkejaran dengan waktu yang mulai gelap, kami menyusuri jalan raya berkelok dan mendaki melalui Pasir Jambu, hingga Rancaupas. Elevasi pendakian mencapai 30 derajat membuat kami kelelahan. Dalam suasana temaram, tiba-tiba Sapto Haryo tersungkur. Staf Kolat dibuat panik. Bagi kami lumayan digunakan istirahat menghirup nafas lebih dalam.

Setelah siuman, perjalanan dilanjutkan. Jam 19.25 kami tiba di perkemahan Ranca upas. Di sini kami tidur istirahat tanpa kegiatan. Esok paginya dilanjutkan kegiatan Navigasi Darat. Dibagi 2 kelompok, dilepas begitu saja. Staf Kolat hanya memberi waktu jam 14.00 ditunggu di Koordinat (XX:YY). Ibarat penerjunan pasukan khusus, tanpa diketahui daerahnya, bermodalkan alat navigasi, kami harus bergabung dengan pasukan induk di suatu tempat berdasarkan koordinat ditentukan.

Rombongan pertama dipimpin Makbul, Mustopa, Sapto Haryo, Siti Maria, dan Iyan Sopian berangkat. Disusul Wirza Eka Putra, Dadan Wahyudin, Siti Maria, Tony Gustiawan dan Nono Carsono. Beruntung, saya memiliki sedikit pengetahuan tentang peta topografi. Dengan melakukan orientasi peta, membidik titik-titik ketinggian, mengukur jarak kontur dan koordinat, jam 11 siang sudah tiba di titik yang disarankan. Celakanya, bagi rombongan Danki, baru jam 17.00 kami bersua, itu pun staf Kolat sudah mencari ke mana-mana.... Dengan bangganya Eka bilang, "Makanya baca doong, jangan ditenteng terus petanya..."

Malam kedua tidur di kaki Gn Tikukur, Rancabali. Wah, aku kena getahnya. Pas jaga piket, dua bom mercon meledak, saya dan Nono Carsono masih "ketiduran' terbawa alam mimpi. Hadiah malam itu juga kami berdua terima saat itu juga. Pendadakan selesai...

Esoknya kami melakukan binter di Kampung Rancabali. Dilanjutkan HTF (How To Find) menyusuri kebun teh berakhir di tepi Situ Patenggang. Lagi-lagi saat piket, kami dan Nono Carsono kena damprat Kolat, gara-gara.....ketiduran....Hemhh benar-benar kebiasaan yang satu ini nggak bisa dihilangkan....

Suspelat ini sekaligus perebutan bendera Kie W yang berada di Nusa ditengah Situ Patenggang. Untuk meraihnya, kami harus menggunakan perahu karet menyebranginya. Staf Kolat lebih dahulu mencapai nusa. Kini giliran sang petarung dengan gagah berani mengayuh perahu LCR (Landing Craft Rubber) mencapai nusa. Bak pasukan terlatih, kami langsung berloncatan. Saya sendiri menunggu perahu takut dibawa kabur senior bisa-bisa kawan-kawan terjebak. Perjuangan heroik itu berhasil ditandai ditemukan bendera Kie W terkubur di bawah pohon pisang..

Sejak itu Kompi Kami eksis di Yon II! Bendera KOmpi W sejajar dengan Kompi-Kompi sebelumnya!! (bersambung**)

SUVENIR KIE W BAGI YON II (5)

Banyak kegiatan yang memperkaya wawasan sebagai anggota muda di tahun pertama. Di tahun kedua, anggota kie W mulai mengisi jabatan Karo dan Wakasi hingga Kasi.Ini sebuah proses regenerasi dalam tubuh organisasi yang sehat. Dadan Wahyudin mengisahkan.


Bukan cuma Dinas Staf/Suspelat, kursus pun dilanjutkan lebih tinggi, yakni Suskalak. Makbul, Dewi Nurhastuti dan Siti Maria (Kie W) ikut serta bersama satuan lain diadakan di Dodik Secata, Pangalengan, Kab. Bandung. Selama 2 minggu peserta kursus mendapat pembekalan dan gemblengan.

Bila diksar diasumsikan membentuk prajurit sebagai garda terdepan di mana kekuatan fisik menjadi utama, maka Suspelat bertujuan mencetak komandan regu di lapangan setingkat bintara yang biasa melatih para tamtama. Adapun Suskalak setingkat perwira, memegang Kasi atau Kompi. Kursus paling tinggi di menwa adalah Suskapin, bila di militer setingkat Sesko di militer untuk meraih pangkat perwira tinggi, maka di menwa sebagai pelatihan dipersiapkan mencetak pimpinan Batalyon.

Seingat kami, kader Yon II berprestasi gemilang peraih peringkat pertama Suskapin, yaitu atas nama Pak Merjames Pakpahan, sebagai peraih peringkat terbaik Suskapin 1994 diadakan di Pusdikter Cimahi, begitu pulang langsung mendapat kehormatan sebagai Danlat Kie W lama (1994). Sejarah Yon II pun mencatat, bahwa Mbak Widya, Mas Har, dan Bang Cici A. Rusly Purba (kie S) menorehkan prestasi emas di arena Suskapin ini. Perlu diketahui, Suskapin diikuti Menwa se-Indonesia. Peserta Suskapin lainnya seingat saya, Pak Teguh (Gel XXII Cimahi), Pak Ristadi dan Pak Aos Rifatullah (XXIII/1995, Pusdikart Malang). Di Kie W, Siti Maria (PAA) dan Dewi Nurhastuti(Fikom) adalah dua srikandi Kie W tercatat pernah mengecap kursus bergengsi tsb.

Komandan Batalyon II pun beralih ke Pak Ristadi Widodo K (Kie U). Saat itu yang maju dalam pemildan lainnya adalah juniornya Pak Johan Iman Karuniadi (Kie V) dengan mempresentasikan tentang Perlunya Pemberdayaan Anggota Menwa. Saya ikut terlibat dalam Pemildan ini. Pak Ristadi menjadi Danyon periode 1995/1996 didampingi Pak Nurbiyantoni sebagai Wadanyon. Estafet kepemimpin beralih ke Pak Arief Baydillah (kie V) 1996/1997 dan Wadanyon Pak Johan Iman Karuniaadi, dilanjutkan ke Pak Makbul Alkatiri 1997/1998.

Satu catatan, di mana saat kami menjadi Kolat, siswa mencapai titik terendah berjumlah 2 orang. Dia adalah Mamat (PAA) dan Encep Sidik (Fapet). Beruntung di masa Danlat, Pak Ferry dengan Wadanlatnya, Pak Mustopa (Kie W) geliat regenerasi melalui masa "camen = calon menwa" berhasil menjaring anggota sekitar 22 orang. Proses regenerasi pun berjalan dalam keniscayaan.

Pak Makbul selaku Dankie W akhirnya menjadi Danyon II 1997/1998. Ini persembahan tertinggi dari Kompi W terhadap satuan induknya Batalyon II/Unpad. Pak Makbul didampingi Pak Olive sebagai Wadanyon. Suatu souvenir berharga dari Kompi W dalam estafet proses regenerasi kepemimpinan di Yon II sempurna. Sayang, di masa-masa ini saya bergulat dengan tugas akhir menyita seluruh konsentrasi, tak sempat melihat acara pelantikan Danyon ini.

Kompi W, mata rantai kompi di Yon II telah memberi makna dan kontribusi, semoga takkan luntur oleh berlalu zaman dan tak pudar digilas roda masa, tapi tersimpan dalam memori kenangan sekaligus menunjukkan bahwa kita di masa muda adalah orang-orang struggle, heroik dan berdaya juang tinggi.

Bravo Yon II!!! (TAMAT**)

Penulis, Dadan Wahyudin, jurnalis KIe W meliput kegiatan Kiprah Kie W dengan setting tahun 1994-1997.

Catatan, tulisan ini disarikan oleh penulis diangkat dari pengalaman penulis. Mungkin ada versi rekan lain untuk pengayaan sejarah kie w, tulisan ini dieksplorasi dari data-data sebagian telah hilang dalam memori sebagai dokumentasi semoga menginspirasi dan memberi energi tuk berkontribusi bagi nusa dan bangsa.

1 komentar:

  1. ass. wr wb. kang Dadan...punten ya abdi baru nongol..gimana info alumni gazelle '91. salam dari jakarta nih.

    BalasHapus